Munara...oh munara.....bikin hati gembira, walau jalan sering terjatuh.
Tangerang, minggu 8 februari 2015.
Waktu udah menunjukan jam 04:30wib, gue dengan Boyo yang dari sabtu malam belum tidur siap-siap berangkat menuju rumah ko Cahyadi. Karena hari ini kita akan jalan-jalan santai ke munara, yang akan berangkat ada beberapa orang yaitu: Gue, Devi, Boyo, Johan, ka Stefanus beserta istrinya mba Yuni, mas Agus, dan ko Cahyadi guru kita.
Kalo yang belum tau Munara itu di mana, cek disini Gunung Munara
***
Jam 06:00 wib akhirnya kita berangkat beriring-iringan dengan naik motor ke arah Munara, saat matahari masih mengintip malu dibalik awan mendung yang menyelimuti Tangerang (dalam hati semoga hari ini cerah....Amiiiiin). Perjalanan sampai serpong lancar, namun setelah sampai perempatan pasar Prumpung-Serpong navigator utamanya Devi ternyata lupaaaaa (alamaaaaakjaaaaam....*tepok jidat). Karena ragu-ragu tanya mbah Google tentang Munara yang ga sampai beberapa detik pun seluruh informasi tentang Munara muncul, dan patokan jalan kita adalah Gunung Sindur-Rumpin (okeeee fix, lanjuuuuut jalan). Dari perempatan setelah daerah Muncul dekat pasar Prumpung, kita ambil arah ke Gunung Sindur. Diawal jalan Gunung Sindur sangat ngebul karena di sana terdapat penambangan pasir dan ga heran jika sepanjang jalan debu pasir berterbangan, ujian sebuah perjalanan baru saja dimulai. Setelah lewat butiran-butiran debu dan pasir (Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang.....Aku tanpamu butiran debu.... *sambil nyanyi ga jelas diatas Maleo), sehabis itu iring-iringan kendaraan melintasi jalan yang becek karena bekas hujan semalam. Tidak seberapa lama melewati jalanan becek (ga ada ojek, kaya bebek, bikin enek), di depan jalanan yang akan kita lalui adalah jalanan yang benar-benar seperti bumbu kacang pada ketoprak coklaaaaaaaat semua dan sedikit kental (fiiyyyyyyuuuuuuuuuhhhhhhhhhhh......*usap keringat di kepala*). Jalan tersebut dikarenakan pasir, debu dan tanah yang bercampur jadi satu kesatuan oleh air ujan di jalan yang berlubang (cadaaaaaaaas.......!!!!!!), kita pun bisa melampaui itu, tapi sepertinya ujian memang lebih dari combo double extra tanpa bonus ini belum berakhir kita dihadapkan lagi dengan jalan berbatu. Mending jika batunya kecil-kecil, masalahnya batunya seukuran sedang bahkan ada yang besar alhasil kami seperti naik motor rasa pedati yang menggunakan karet ban mati.
"Binggooooooooooooo.....!!!!!!!!", teriak gue yang kesal karena perjalanan ini sangat menguras tenaga dan menguji kesabaran. Ternyata masih belum sampai juga setelah kita berkendara cukup jauh, setelah melihat jam sudah menunjukan pukul 8:30 wib.
***
Rute perjalanan yang kita lalui ternyata memutar jauh, harusnya dari pasar Prumpung-Serpong itu lurus saja ke arah Ciseeng. Jalannya pun tidak separah lewat Gunung Sindur, kita sampai di Munara sekitar jam 09:15 wib (huft.....akhirnya sampai juga). Kita pun bersiap-siap untuk memulai jalan kaki, pintu masuk Munara memasuki jalan desa rumah-rumah warga yang cukup padat namun masih sangat asri. Setelah melewati jembatan yang waktu itu hampir rubuh (cukup ngeri-ngeri gitu sih saat melewati jembatan itu), kita akan melintasi jalur yang penuh tanaman bambu. Tidak lama kita berjalan di jalur yang menanjak cukup terjal tapi jelas, kita sampai di batu besar yang terdapat ruang seperti goa (suasananya cukup lembab tapi adem jika siang). lalu masuk ke batu-batuan besar yang ada pohon dengan akar besar membentuk seperti pintu masuk, dan jalur berbatu mulai menanjak terjal sampai akhirnya tiba di atas dengan pemandangan yang sangat indah. Tidak jauh dari hiruk pikuk kota Tangerang ternyata masih ada pemandangan yang sangat menyegarkan mata dan hati, terima kasih TUHAN (dalam hati hanya bisa saya ucapkan rasa syukur ini).
***
Diatas kami foto-foto dan menikmati suasana pemandangan Munara sambil minum kopi dan teh hangat, sejenak mengesampingkan kepenatan pada rutinitas yang dijalani. Tidak begitu lama kita turun karena hari sudah siang, dan matahari sudah tidak begitu panas tepat di atas kepala. Perjalanan naik dan turun diwarnai tawa karena ada yang terjatuh, termasuk gue sendiri (ngetawain diri sendiri...). Sampai bawah kita mencari makan sore di sekitar desa Rumpin arah perjalanan pulang, dan berpisah ke arah rumah masing-masing.
Foto-foto bentuk formasi segitiga muda (karena kami selalu berjiwa muda...eehh).
Istirahat siang sambil ngopi-ngopi santai sama kawan-kawan yang kece-kece.

Ka Stef lagi minta perhatian sama Johan tuh karena kaki nya keram (cieeeee....susaaaat...suiiiiiit).

Post a Comment for "Munara...oh munara.....bikin hati gembira, walau jalan sering terjatuh."
Post a Comment